Pendidikan Kewarganegaraan #Softskill (Penyanderaan 10 WNI oleh Abu Sayyaf)
Posted by Rizki | Posted in Tugas | Posted on 5/29/2016
Muhammad Rizki Munazar / 37114514
2DB01
1. Penyanderaan 10 WNI oleh Abu Sayyaf, buat kronologis beserta tanggal dari tanggalnya :
Indonesia digegerkan dengan
penyanderaan 10 warga negara Indonesia (WNI) awak kapal Tunda Brahma 12 oleh
kelompok separatis Filipina Abu Sayyaf. yang membawa 7.000 ton batubara. Dan
berangkat dari indonesia tepatnya di kalimatan selatan (23/03/2016). Menurut
keterangan Kementerian Luar Negeri Indonesia bahwa pembajakan terhadap Kapal
Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia terjadi
saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas,
Filipina Selatan.
Tanggal (26/03/2016):
Pihak pemilik kapal baru mengetahui
terjadi pembajakan, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari
kelompok Abu Sayyaf. Lokasi pembajakan di perairan
laguyan,Tawi-Tawi,Mindanao Selatan. Lalu kapal dan awaknya dibawa ke pulau
Basilan,Kepulauan Zulu,Filipina.
Tanggal (29/03/2016):
Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan
tetapi di dalam kapal tidak awak kapal sama sekali dan saat ini sudah di tangan
otoritas Filipina. Sementara itu kapal Anand 12 dan 10 orang awak kapal masih
berada di tangan pembajak, namun belum
diketahui persis posisinya.
Dalam komunikasi melalui
telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak/penyandera menyampaikan tuntutan
uang tebusan sejumlah 15 miliar dan batas waktu untuk membayar uang tebusan ± 1
minggu terhitung sejak 29 maret 2016.
Tanggal (31/03/2016):
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi
pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih
bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia
yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak
secara halus, seperti dilansir inquirer.net.
Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga
sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu.
"Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan
asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal
Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.
Tanggal (08/04/2016):
Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan
WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun
mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi.
Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten
koordinator lapangan dalam aksi terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002.
Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek disebut-sebut pernah membekali
para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan pelatihan menggunakan senjata
api serta merakit bom.
Tanggal (10/04/2016):
18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan
sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan
menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.
Tanggal (12/04/2016):
Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal
penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan
moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan
lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam
hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru
bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu,
dipastikan 13 militan tewas.
Tanggal (15/04/2016):
Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu
kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan
Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari
Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.
Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak.
Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik
oleh kelompok tersebut.
Tanggal (26/04/2016):
Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar
sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan
asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara
Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo.
Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.
Tanggal (29/04/2016):
Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur
membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau
Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi,
menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku
dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh
para penculiknya.
Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui
udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa
sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian
intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota
Sibu, Serawak, Malaysia.
29 April
Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan
bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh
Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan
Abu Sayyaf di Pulau Jolo.
Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado
kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos.
Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait operasi pembebasan
para sandera.
Tanggal (01/05/2016):
10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh
kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi
wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.
"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh
10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata
Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).Presiden Jokowi
memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun
sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.
2. Bagaimana
strategi negara dalam menyelesaikan masalah (TNI atau POLITIK) :
Strategi dengan melalui jalur Politik
:
Dalam strategi pembebas 10 WNI ini
dari tangan kelompok Abu Sayyaf, pemerintah indonesia menggunakan jalan
diplomasi (Politik) terlebih dahulu kepada pihak filipina dan juga Abu
Sayyaf , lalu setelah berdiskusi dengan pihak filipina akirnya pihak filipina mencoba menyelamatkan 10 WNI indonesia
dengan menurunkan pasukan militer filipina, namun tapi gagal untuk
menyelamatkan 10 WNI tersebut dan menyebabkan tewasnya 18 tentara filipina dan
5 pasukan abu sayyafpun tertewas dalam proses penyelamatan tersebut.
Strategi TNI :
Kemudian Presiden Joko Widodo juga
telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal
Badrodin Haiti untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI
juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap
saat. ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera.
Mereka merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki
kemampuan khusus dan terbaik dari yang terbaik.
Setidaknya, ada Sat-81/Gultor, sebuah
kesatuan kecil di lingkungan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Kemudian
Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang bergerak untuk membawa WNI dari tangan Abu
Sayyaf ke lokasi aman, serta Pasukan Khusus Gabungan, yang merupakan gabungan
dari 3 satuan elite TNI.
Meski telah menyiapkan pasukan elite
untuk menyerbu, namun Indonesia memilih negosiasi terlebih dahulu. Sedangkan
pasukan tersebut tetap bersiaga setiap saat jika dibutuhkan dalam operasi
pembebasan sandera.
3. Pendapat anda jika terjadi kejadian yang sama lagi di
waktu mendatang, apa yang harus dilakukan pihak negara kita :
Peristiwa ini sebenarnya sudah pernah terjadi, di tahun 2005 ,ada 3 WNI juga yang di
sandra oleh kelompok Abu Sayyaf
di mana penyelesaiannya dilakukan secara diam-diam atau di sebut operasi
rahasia. di karenakan penanganan pemerintahan filipina sendiri di nilai lamban.
Setiap peristiwa penyanderaan atas WNI memiliki
kompleksitas masing-masing. Meski pemerintah memiliki ingatan institusi
(institutional memory) dalam upaya pembebasan para sandera, pengalaman yang satu
tidak bisa begitu saja diterapkan secara sama dalam upaya pembebasan para
sandera WNI kali ini.
Di sinilah dibutuhkan pemahaman dari penyanderaan kali
ini. Pertama, saat ini penyanderaan dilatarbelakangi komponen masyarakat di
Filipina, khususnya di Filipina Selatan, yang sedang berperang dengan
pemerintahan yang sah dari Filipina.
Bila kejadian ini terjadi di waktu mendatang, kejadian penyanderaan baik dari luar maupun dalam negeri,pemerintah harus menanggani dengan cepat dan tanggap serta cermat. Dan juga memperkuat kerjasama yang baik antar ASEAN, dan memperkuat juga kerjasama dalam pertahanan se-ASEAN. Karna dengan kita memperkuat kerjasama yang baik, permasalahan pada masing-masing negara pun bisa di atasi dengan bersama-sama se-ASEAN.
Maka dari itu untuk mencegah kapal- kapal laut berbendera Indonesia
dibajak kembali, maka sudah waktunya pemerintah mengidentifikasi dan memetakan
di mana saja wilayah rawan di jalur laut ini.
Pemerintah dapat meminta perusahaan kapal dan para
nakhoda agar menghindari wilayah ini. Meski berarti biaya yang ditanggung akan
lebih mahal, opsi ini lebih baik daripada ABK WNI terus jadi korban
penyanderaan. Ini akan menguras tenaga dan biaya pemerintah.
Atau pihak pemerintahan RI melakuan, cara lain yang
dapat dilakukan untuk pembebasan sandera adalah dengan negosiasi atau diplomasi
dengan penyandera, hal ini pun merupakan hal yang sangat di utamakan karena
dapat mengurangi resiko terjadinya banyak korban berjatuhan, negosiasi bisa
dilakukan dengan mengirimkan nagosiator atau orang yang dipilih untuk
bernegosiasi dengan penyandera, lainnya adalah menyanggupi permintaan yang di
minta oleh penyandera.
SUMBER :
SEKIAN
Comments (0)
Posting Komentar