Ilmu Budaya Dasar Tugas 12 #Softskill
Posted by Rizki | Posted in Tugas | Posted on 4/24/2018
Nama : Muhammad Rizki Munazar
NPM : 1B117038
NPM : 1B117038
TUGAS 12
12.1. Pengertian Hidup
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan
interaksi antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu
sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan
sumber kenikmatan; sebab dengan adanya hidup maka tidak seorang pun dapat
menikmtai arti kehidupan dunia serta merasakan pembalasan baik buruk di akhirta
nanti.
Namun, lebih luas M. Mutawalli Asy-Sya'rawi mengatakan,
bahwa kehidupan tidak terbatas hanya pada kehidupan jin dan manusia, tapi
mencakup semua makhluk yang ada di alam ini. Beliau menganggap salah selama ini
orang-orang terlanjur mendefenisikan makhluk hidup itu sebagai sesuatu yang
dapat merasa dan bergerak, padahal yang sebenarnya makhluk hidup itu semua
benda yang dapat melaksanakan fungsinya di alam ini.
Sepintas kita melihat benda padat (jamad) itu memang
tidak bergerak (mati), padahal yang sebenarnya ia hidup. Kesimpulan kita selama
ini hanya didasarkan pada interpretasi umum yang menyatakan bahwa gerak
merupakan ciri bagi makhluk hidup. Bahkan dijelaskan dalam al-Qur'an bahwa benda padat bisa menangis (QS. Al-Dukhan:29), bisa mendengar (QS Fushshilat:11) dan bisa
berbicara (QS. al-anbiya:79;al-Isra:44).
Dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai tempat
kehidupan dan kematian. Sedangkan alam akhirat dijadikan sebagai tempat
pembalasan dan kemudian tempat yang kekal abadi.
Allah telah menciptakan hamba-Nya di dunia ini untuk
menyembah hanya kepada-Nya serta menguji
mereka, sehingga dapatlah diketahui
siapa di antara mereka yang paling baik amalnya, nanti akan diberi balasan
pahala, atau siapa yang berbuat durhaka maka nanti akan mendapatkan siksa.
Firman Allah swt
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi
sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka
yang terbaik perbuatannya.(QS. Al-Kahfi:
7)
Allah menjadikan manusia bertempat tinggal di dunia,
supaya mereka dapat mengetahui keagungan-Nya dan keluasan ilmu-Nya sehingga
mereka mau mengabdi hanya kepada-Nya semata, merendahkan diri kepada-Nya, serta
patuh dan tunduk di bawah keputusan takdir-Nya atau mengikuti kehendak-Nya.
Manusia lahir dari perut ibunya tanpa pengetahuan
dan kesanggupan apa-apa untuk memberi, menolak atau menghindarkan diri dari
suatu bencana atau mendatangkan sesuatu yang menguntungkan dirinya sendiri.
Pendek kata ia masih merupakan seorang hamba yang pada Zatnya senantiasa
membutuhkan kepada penciptanya.
Maka tatkala Allah menyempurnakan nikmat-Nya
kepadanya; mencurahkan rahmat dan memberikan sebab-sebab terwujudnya
kesempurnaan dirinya lahir batin, memberikan segala macam nikmat-Nya, yang tak
mungkin dapat disebutkan dengan lisan maupun tulisan, lantas manusia yang
miskin ini mengaku bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan dan sebagai
kekuasaan, serta mendakwakan dirinya sebagai penguasa di samping Allah. Ia
telah memandang dirinya tidak seperti pandangannya yang pertama ketika ia masih
merupakan sesuatu yang asal kejadiannny dari ada, fakir, serba membutuhkan. Ia
seolah-olah tidak pernah menjadi makhluk yang miskin lagi kekurangan.
12.2. Pengertian Mati
Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir
batin, perpisahan antara keduanya, pergantian dari yang satu keadaan kepada keadaan
lain. Mati berbeda dengan tidur, karena tidur terputusnya roh sementara dengan
hubungan-hubungan lahiriah.
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah
jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang
lain sampai waktu yang ditetapkan.. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Zumar: 42)
Maksud ayat di atas, Allah yang menggenggam roh di
saat telah tiba saatnya, yaitu tidak adanya hidup, jiwa dan gerakannya. Dan
Allah juga menggenggam roh yang belum datang masa ajalnya, di saat ia sedang
tidur, di mana roh tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan dan
merasakan sekalipun secara batin. Sebab di saat tidur, hidup, jiwa dan gerakan
masih ada. Karena itu para ulama mendefenisikan tidur itu sebagai satu naluri
yang dengan paksa menimpa seorang, sehingga menghalangi perasaannya untuk mengadakan
dan melengahkannya dari kesanggupan untuk mengerti.
Ada pula yang berpendapat bahwa tidur itu adalah
pingsan yang hebat yang menimpa pikiran, sehingga menghalangi mengetahui
sesuatu yang ada ini.
Dalam keadaan bangun, maka roh manusia berjalan
dalam tubuh lahir batin. Dan mengerti tentang Allah menggenggam roh di kala
dalam keadaan tidurnya dan dalam keadaan matinya dengan genggaman yang
melepaskan dan menahan yaitu Allah menutup roh dengan sesuatu yang dapat
mencegahnya dari melakukan segala sesuatu yang dapat dipegang (digenggam). Yang
belum sampai batas waktu ajalnya, dilepaskan kembali dan yang sudah sampai
kepada maut, maka ditahannya hingga hari kiamat.
Adapun kematian itu sendiri adalah batas
kesempurnaan roh (jiwa) dalam hidup (umur). Maka maut berarti menghilangkan
seluruh seluruh daya rasa selama roh itu berada di genggaman Allah. Atau maut
merupakan penyempurnaan keseluruhan secara hakiki yakni mati dan yang lain
adalah penyempurnaan tidur (tidur sempurna), sebab pada hakikatnya adalah mati
juga.
Sementara mengenai mati, Munandar Sulaeman
mengatakan bahwa kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal
dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dari jasad (QS. 2:28; 2:164; 33:52; 6:95).
Sedangkan pengertian mati yang sering dijumpai dalam
istilah sehari-hari adalah:
- Kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad.
- Terputusnya hubungan antara roh dan badan.
- Terhentinya budi daya manusia secara total.
Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di
atas, kalau dikaji dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama
(Islam), maka kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian
hanyalah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan
dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua.
Ajaran agama menggambarkan adanya
konsepsi pertalian alam dunia dan alam akhirat serta menggambarkan prinsip
tanggung jawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda
Nabi Muhammad saw. :
"apabila anak Adam telah mati, maka terputuslah daripadanya budi-dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya".
Demikian pula firman Allah:dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. Al-Baqarah:154)
Sedangkan proses kematian manusia itu sendiri tidak
dapat diketahui dengan jelas, karena menyangkut segi fisik dan segi rohani.
Dari segi fisik dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati
apabila pernapasan dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah
proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya, oleh karena itu proses
kematian dari segi rohani ini sulit dijelaskan secara inderawi, tetapi nyata
terjadi.
Mengenai roh, para ulama saling berbeda pendapat,
sehingga menjadi dua golongan. Segolongan bersikap diam dan tidak mau
mengatakan pengertian roh dan tidak mengadakan apa-apa. Hanya mereka itu
berkata: "Roh adalah tetap pada urusan Tuhan dan termasuk rahasia-Nya yang
Allah perlihatkan gejala-gejalanya dengan ilmu-Nya, tetapi Dia tidak memberikan
ilmu dan pengetahuan tentang roh itu kepada siapa pun. Inilah sebagai alasan
mereka, seperti yang telah difirmankan oleh Allah:
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah:
"Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. Al Israa' : 85)
Kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai manusia
dewasa ini (bahkan sampai kapan pun) ternyata tidak sanggup mengatasi masalah
kematian. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyelidiki sebab-sebab kematian,
sekalipun bahwa pada hakikatnya tidak ada sebab kematian kecuali ajal.
Kematian bukanlah proses akhir bagi kehidupan
sebenarnya, tapi hanya merupakan tempat singgah (transit).
Ada empat fase yang
telah dan akan dilewati manusia dalam perjalanan hidupnya:
- Fase kematian di alam substansi
- Fase kehidupan dunia
- Fase kematian di alam barzakh
- Fase kehidupan di akhirat (kehidupan sebenarnya, kekal dan abadi).
Comments (0)
Posting Komentar