Ilmu Budaya Dasar Tugas 8 #Softskill
Posted by Rizki | Posted in Tugas | Posted on 4/24/2018
Nama : Muhammad Rizki Munazar
NPM ; 1B117038
NPM ; 1B117038
TUGAS 8
8.1. Pengertian pandangan hidup dan
ideologi
A. Ideologi
Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang
gagasangagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran
tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut
Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan citacita.
Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan
oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi
yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Perancis.
B. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan
suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani.
Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau
negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus
merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup.
Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh
siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki
oleh semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah
sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya
kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya
ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya
biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh
pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya.
Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan
gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang
Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam
keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang
diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
- Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
- Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
- Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
- Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita.
Sekalipun demikian, pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita.
Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan
cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk
dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme
belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo
(1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu
bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak
selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok
orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
8.2. Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan
dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri
dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu.
Orang tua selalu menimang-nimang anaknya sejak masih
bayi agar menjadi dokter, insinyur, dan sebagainya. Ini berarti
bahwa sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam kandungan, orang tua telah
berangan-angan agar anaknya itu mempunyai jabatan atau profesi yang biasanya
tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu, pada setiap kelahiran bayi, do’a
yang di ucapkan oleh family atau handai taulan biasanya berbunyi : “ Semoga
kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan berbakti kepada
orang tua.
Karena itu wajarlah apabila cita-cita, kebajikan,
dan pandangan hidup merupakan bagian hidup
manusia. Tidak ada orang hidup tanpa
cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar
atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung
kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu
keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai
angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi
manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni
lunak, keras,dan lemah, seperti :
- Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
- Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
- Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan.
8.3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada
hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma
agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu
baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung
berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga
segi, yaitu :
- Manusia sebagai pribadi :Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
- Manusia sebagai anggota
masyarakat :
Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan. - Manusia sebagai makhluk tuhan :Manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah
terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang
berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya
orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
8.4. Usaha/perjuangan
Kerja keras untuk mewujudkan cita – cita. Setiap
manusia harus kerja keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia
adalah usaha/perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin
menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia
harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau
jasmani/tenaga, dan bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras
dengan otak/ilmunya daripada jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras
dengan jasmani/tenaganya daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai
dan menigkatkan harkat dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu
miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh
bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat
ada waktunya dan manusia yang mengaturnya.
"Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok".
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan.
Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara
manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan
keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil
sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari
ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan
dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam
pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan
belas kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan
kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat
diatasi bersama-sama secara tolong menolong, bergotong royong. Apabila sistem
ini diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha /
perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran
antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok.
Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidup /idiologi yang dianut oleh
suatu negara.
8.5. Keyakinan atau kepercayaan
Dilihat dari segi bahasa, keyakinan berasal dari
kata yaqin yang artinya percaya sungguh-sungguh. Kepercayaan
berbeda dengan keyakinan. Keyakinan dan keimanan berada di atas istilah
kepercayaan. Dan keyakinan ekuivalen dengan keimanan. Kepercayaan menerima
dengan budi (ratio) dan keyakinan menerima dengan akal.
Dalam kehidupan, manusia mempunyai banyak keyakinan
atas suatu hal. Dengan keyakinannya inilah, kemudian manusia bertindak sebagai
makhluk budaya. Keyakinan yang dimiliki manusia bisa berwujud bermacam-macam.
Dalam hal agama, keyakinan itu berarti menyakini secara pasti dan benar bahwa
Allah adalah Sang Maha Pencipta. Dalam bidang kehidupan manusia menggunakan
keyakinan sebagai cara dalam menempuh kehidupan. Tanpa keyakinan kehidupanakan
diliputi oleh bimbang.
8.6. Langkah-langkah berpandangan hidup
yang baik
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa
ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan
manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar
keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia
menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari kehidupannya
lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia
mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat
terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik
maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan
sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu
lain bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik
kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi
bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan
apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan
buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu
yang dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu
dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama
dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan
masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang
memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas
dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja
dan tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal dengan agama KTP. Padahal
urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dalam satu hadistnya : Agama adalah akal,
tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal.”
Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut ialah agar manusia
dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan
bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah
SWT dalam surat Al-Baqarah ayat-236 yang artinya :
“ Tidak ada paksaan untuk memasuki sesuatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan (agama) yang salah.”
Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk
kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap
manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan
pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi
kita adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum,
tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab
setiap saat kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai
diakhir nanti.
Firman Allah SWT :
Yang artinya :
“ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat ; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula apa yang kamu minta.” (QS.Fushilat : 31).
Comments (0)
Posting Komentar